IKLAN

Senin, 16 Mei 2011

KILAS BALIK SEJARAH PENDIDIKAN PERAWAT ANESTESI


 PENDIDIKAN ANESTESI DI DUNIA

     
        Secara internasional, Pendidikan Keperawatan tidak kalah dengan profesi lain dalam bidang kesehatan, sudah banyak yang meraih gelar Profesor dan Doktor dalam bidang Keperawatan, apalagi tingkat Master dan Sarjana, terutama dinegara-negara maju seperti Amerika dan Canada. Uraian dibawah ini adalah sesuai dengan buku yang ditulis oleh Lorraine.M.Jordan, CRNA, MS, seorang direktur pendidikan pada organisasi profesi Perawat Anestesi Amerika Serikat dalam buku “Professional Aspect of Nurse Anesthetists Practice”, menjelaskan bagaimana seorang Perawat Anestesi agar berkualifikasi dalam melakukan pelayanan anestesi melalui suatu pendidikan.

       Sejarah singkat Perawat Anestesi pertama kali dikenal di Amerika pada pertengahan abad ke 19. Perawat Anestesi merupakan kelompok profesional yang pertama di negeri ini yang memberikan pelayanan anestesi, namun pekerjaan mereka belum ada pengakuan resmi, sampai pada tahun 1953 dipublikasi sebuah buku berjudul “The History of Anesthesia, with Emphasis on the Nurse Specialist” oleh Virginia S.Tratcher. Sejarah Perawat Anestesi yang jelas diterbitkan pada tahun 1989, berjudul “Watchful Care : A History of America’s Nurse Anesthetists”.

       Awalnya tindakan anestesi dilakukan oleh ahli bedah itu sendiri seperti dr. Horace Wells sejak tahun 1844. Sebagai dokter gigi, ia bereksperimen dengan nitrogen-oksida sebagai penghilang rasa sakit kepada pasiennya saat dicabut gigi. Dan pada akhir abad ke 19 hal ini dilaporkan telah menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, maka para ahli bedah berpaling untuk memilih dan mendidik Perawat sebagai tenaga pelaksana anestesi. Ada juga tenaga dokter muda yang diberi pelatihan untuk melakukan anestesi tetapi mereka kurang interes. Pada abad ke 20 seorang suster dari kalangan agama yang berprofesi Perawat Anestesi, mendokumentasikan tentang peran dari perawat anestesi. Pada tahun 1877, Suster Mary Bernard dari Rumah sakit St.Vincent di Erie Pennsylvania, beliau menjadi Perawat Anestesi yang pertama yang teridentifikasi. Pada tahun 1800 ada dua suster di “the Third Order of the Hospital Sisters of St.Francis” yang berasal dari Jerman membentuk suatu kelompok masyarakat di Illionis dan melakukan tindakan anestesi di negara bagian itu. Kemudian Suster Aldonza Elrich dan Suster Vanossa Woenke dididik oleh para ahli bedah untuk menjadi Perawat Anestesi. Seorang wanita yang sangat istimewa, bernama Alice Magaw, memberikan perhatian penuh terhadap pekerjaannya sebagai Perawat Anestesi. Alice Magaw adalah seorang Perawat Anestesi di rumah sakit St.Mary’s Hospital, Rochester, Minnesota pada tahun 1889, ia bekerja dengan seorang ahli bedah yang sangat hebat ternama Dr.William Worrel Mayo. Alice Magaw memiliki kemampuan dan keahlian luar biasa dalam anestesi, yang membuatnya menjadi sangat terkenal. Kehebatannya dalam memberikan anestesi dengan ether dan chloroform begitu luar biasa dan beliau menjadi pemimpin dalam bidang anestesi di Mayo Clinic. Menurutnya, pengalaman seorang pembius dalam hal mengidentifikasi dan bereaksi cepat terhadap kondisi penderita adalah hal yang paling penting dalam anestesi, dan beliau dijuluki sebagai “Ibu dari Anestesi”. Pada tahun 1899 Alice Magaw menerbitkan satu tulisan pada jurnal Northwestern Lancet yang menggambarkan kesuksesannya dalam memberikan anestesi yang aman kepada lebihdari 3000 pasien. Kesuksesan ini terus berlanjut hingga lebih dari 14.000 pasien tanpa kematian. Beliau memberikan anestesi dengan ether melalui cara “open methode” secara sukses. Pada periode 50 tahun berikutnya, profesi Perawat Anestesi tumbuh secara cepat dan anggota dari profesi ini adalah merupakan guru dan ahli klinik dalam bidang anestesi, baik dipusat pelayanan kesehatan dalam kota maupun pelayanan kesehatan di pedesaan. Perawat Anestesi merupakan bagian penting dalam sistem pelayanan kesehatan di Amerika.
      
       Pada tahun 1912, kursus anestesi yang pertama terorganisasi untuk lulusan Perawat diadakan oleh Ibu Magdalene Wiedlocker. Pendidikan Perawat Anestesi umumnya dimulai sebagai bimbingan secara pribadi seperti contohnya Suster Mary Ethelreda O’Dwyer, Virginia S. Tratcher, Alice Magaw, dan Agatha Hodgins. Pada awal tahun 1933, pada pertemuan pertama dari National Association of Nurse Anesthetists ( NANA yang merupakan cikal bakalnya AANA), masalah pendidikan ini mulai dibahas. Gertrude Fife, yang menjadi presiden dari NANA menyatakan perlunya pengembangan standar program pendidikan untuk Perawat Anestesi. Fife menyatakan bahwa ini adalah merupakan tugas organisasi profesi untuk menyediakan tenaga-tenaga pelaksana anestesi yang memenuhi syarat bagi ahli bedah dan rumah sakit - rumah sakit melalui suatu sekolah yang bermutu dan terakreditasi.
Pada tahun 1936, disusunlah satu kurikulum yang pertama kali oleh Dewan Pendidikan dari AANA yang diketuai oleh Helen Lamb, yang kemudian diakui sebagai seorang pemimpin yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dewan ini mengajukan suatu rekomendasi untuk mengembangkan suatu kurikulum standar dan menetapkan standar pendidikan.
Mereka menetapkan bahwa
: Pendidikan untuk Perawat Anestesi itu seyogyanya meliputi teori dan pengalaman praktek dalam satu program yang tidak kurang dari 6 bulan, termasuk 95 jam pelajaran teori di kelas, 18 jam pertemuan instruksi di kamar bedah, dan 325 kasus pemberian anestesi dengan rincian 250 general anestesi, 25 obstetrik, 25 kasus gigi, 25 regional/spinal dan lokal. Kemudian jumlah program pendidikan Perawat Anestesi itu semakin bertambah, maka dibentuklah suatu badan di dalam AANA yang mengurus masalah pendidikan yang dinamakan “Assembly of School Faculty”.

       Akhirnya pada tahun 1952 pendidikan Perawat Anestesi yang pertama kali terakreditasi oleh AANA adalah pendidikan Perawat Anestesi yang ada di Ravenswood Hospital of Anesthesia in Chicago. Pendidikan Perawat Anestesi telah berkembang sampai pada tingkat program nasional, dimana 80 % nya berada dalam afiliasi dengan fakultas atau universitas dan memberikan gelar master. dan 20 % nya memberikan sertifikasi. Pada tahun 1998 semua pendidikan Perawat Anestesi yang terakreditasi harus memberikan gelar master. Waktu minimum untuk program pendidikan Perawat Anestesi adalah 24 bulan, tiap program harus menyediakan kurikulum yang luas meliputi teori dan praktek. Diseluruh negara bagian kurikulumnya bervariasi tergantung standar akreditasi dan sumber daya manusia setempat.

       Perawat Anestesi = CRNA ( Certified Registered Nurse Anesthetists ) adalah sekelompok Perawat Mahir berkualitas tinggi yang telah melakukan pelayanan anestesi di Amerika selama lebih dari 100 ( serastus ) tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan Perawat Anestesi di Amerika itu lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan Dokter Anestesi.
Pada tahun (1990) terdapat lebih dari 25.000 Perawat Anestesi yang melakukan layanan anestesi, kira-kira 65 % dari seluruh layanan anestesi per tahun di Amerika, dan pelaksana layanan anestesi di 85 % rumah sakit - rumah sakit diluar kota atau pedesaan Amerika.
     
        Definisi Profesional bagi Perawat Anestesi adalah Perawat Terdaftar = RN ( Registered Nurse ) yang telah diberi pendidikan dan berkompetensi untuk melakukan layanan dalam pelayanan anestesi. Pekerjaan atau praktik dari Perawat Anestesi itu merupakan keahlian yang diakui dalam profesi keperawatan dan praktek dari Perawat Anestesi itu bukanlah tugas limpah medik, tetapi tugas mandiri. Eksistensi Perawat Anestesi diakui secara hukum diseluruh negara bagian di Amerika Serikat (50 negara bagian).
       Sarat-saratuntukmenjadiseorangPerawatAnestesi.
1. Telah lulus dari Sekolah Keperawatan yang diakui dan memegang lisensi sebagai Perawat   
    Terdaftar yang diberikan oleh Pemerintah.
2. Telah lulus dari Program Pendidikan Perawat Anestesi yang terakreditasi oleh Asosiasi   
     Perawat Anestesi Amerika ( AANA = American Association of Nurse Anerthetists ).
3.Berhasil lulus ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh Dewan Sertifikasi AANA.
4. Memenuhi kriteria untuk Resertifikasi sesuai ketetapan AANA serta bebas dari cacat fisik atau
    mental atau cacat lainnya yang bisa mengganggu tugas anestesi.
Dewan
Konsil Sertifikasi.
Dewan sertifikasi adalah sebuah dewan yang berada dalam struktur organisasi asosiasi profesi Perawat Anestesi,  tetapi berfungsi secara independen. Proses sertifikasi diperkenalkan oleh AANA pada tahun1945. Pada tahun 1975, AANA mengakui keberadaan Dewan Sertifikasi sebagai satu badan multidisiplin yang independen dalam fungsinya, tetapi secara struktural tetap ada didalam AANA. Sertifikasi merupakan pengakuan profesional  untuk melakukan prakteknya dan sekaligus memberikan perlindungan legal. Pemerintah negara bagian juga memberikan lisensi legal kepada Perawat Anestesi untuk memberikan perlindungan hukum dalam melakukan pekerjaannya. Perawat Anestesi harus menempuh dan lulus ujian sertifikasi sebelum ia diakui sebagai Perawat Anestesi Terdaftar Bersertifikat (CRNA = Certified Registered Nurse Anesthetist)
 
       Pada akhir tahun 1960 AANA menyadari pentingnya untuk secara kontinyu menjaga kesempurnaan profesional dari Perawat Anestesi demi kepentingan publik. Pada tahun 1969 suatu perubahan anggaran rumah tangga yang menyatakan perlunya para anggota untuk menunjukkan pengalaman klinik dan dedikasinya sebagai wujud dari keahlian mereka dalam praktek. Anggaran rumah tangga ini disetujui dan membuat pendidikan lanjutan dan program pilihan. Tetapi pada tahun 1976 para anggota mengadakan amandemen pada anggaran rumah tangga ini untuk membuat pendidikan lanjutan berlaku mutlak bagi semua Perawat Anestesi. Anggaran rumah tangga ini disetujui dan diterapkan pada bulan Agustus tahun 1978.
Karena Dewan Resertifikasi Perawat Anestesi itu menjadi lebih terlibat pada profesi, maka tugas dan
tanggung jawabnya juga makin diperluas. Dewan ini menetapkan kriteria yang obyektif untuk menentukan apakah seorang Perawat Anestesi itu layak untuk mendapat lisensi, boleh berpraktik dengan tingkat keahlian yang memadai, telah mendapatkan kredit pendidikan lanjutan yang cukup agar tetap segar, dan terhindar dari cacat mental atau fisik atau hal lainnya yang dapat mengganggu pekerjaannya dalam praktik anestesi.
Dewan ini juga memiliki peran untuk menyetujui program pendidikan lanjutan yang sesuai dengan kriteria kredit pendidikan lanjutan.
Komposisi Dewan Akreditasi ini adalah multidisiplin dan diakui oleh Departemen Pendidikan dan Dewan Akreditasi Pendidikan Pasca Sarjana Amerika Serikat sebagai satu-satunya badan akreditasi yang berwewenang untuk program pendidikan Perawat Anestesi.
Pengakuan dari Dewan dan Departemen ini penting bukan saja untuk mendapatkan pengesahan program dan kualitas pendidikannya, tetapi juga untuk mendapatkan bantuan dana pendidikan serta
bantuan keuangan untuk paramahasiswa. Dewan Akreditasi ini menghendaki agar sedikitnya setiap 6 ( enam ) tahun sekali secara sistematis program itu dinilai sendiri oleh institusi. Setiap 6 (enam) bulan, Dewan Akreditasi menerbitkan daftar program pendidikan Perawat Anestesi yang terakreditasi yang tersedia dikantor AANA.

Catatan karya : Drs. Yuswana Bsc, 
Dipublish oleh : Mustafa Usman Bsc, SE
Diambil dari blog Baidilla Syalsabila Anesthesia
Di sunting ulang oleh Mtr. Didi. s



Sabtu, 07 Mei 2011

TAP Blok


Top of FormTAP Blok 
Transversus Abdominis Plane Blok
(TAP) blok bidang transversus abdominis (TAP) pertama kali digambarkan sebagai suatu teknik untuk mengarahkan insersi jarum patokan yang melibatkan ke dalam, segitiga Petit.1 2 itu suatu daerah yang dibatasi oleh otot posterior m. latisimus dorsi, otot oblik eksternal ke depan dan inferior Crest iliaka (dasar segitiga). Sebuah jarum dimasukkan tegak lurus terhadap semua lapisan, pencarian untuk titik akhir dari dua sentuhan pop. Pop pertama menunjukkan penetrasi fasia oblik eksternal dan masukkan area antara otot oblik eksternal dan internal, entri kedua di pop mean katup lapisan antara internal oblique dan otot transversus abdominis. Cara ini telah terbukti analgesia pasca-operasi untuk berbagai baik procedures.3-5
Baru-baru ini, USG-dipandu teknik blok tekan adalah described.6-8 blok variasi TAP klasik, subcostal katup blok, juga telah dijelaskan, dirancang untuk menyediakan cakupan untuk lebih handal bagian atas perut
Anatomi
dinding anterior abdomen (kulit, otot, peritoneum parietal) adalah diinervasi oleh rami saraf anterior 6 di bawah dada (T7 untuk T12) dan saraf lumbar pertama (L1). Terminal cabang dari kursus saraf somatik melalui dinding perut lateral pada bidang antara otot abdominis internal miring dan transversus (Gambar 1). Intermuskularis lapisan ini disebut bidang transversus abdominis (TAP). Suntikan anestesi lokal dalam TAP sehingga berpotensi dapat memberikan analgesia sepihak pada otot, kulit, dan peritoneum parietal di dinding perut anterior dari T7 ke L1.2
Sebuah studi baru dari bedah mayat, TAP anatomi mengungkapkan hal-hal berikut, yang berkaitan dengan kinerja TAP block.10
1. Ada sarung fasia antara internal oblique dan otot transversus abdominis. Saraf palsu dalam untuk fasia ini.
 2. T6-T9 saraf masukkan TAP medial garis aksilaris anterior. T6 memasuki TAP hanya linea alba lateral, dan T7-T9 pada semakin bertambahnya jarak dari linea alba. Saraf berjalan di garis TAP aksilaris lateral anterior, di sisi lain, berasal dari segmen saraf T9-L1. Hal ini mungkin menjelaskan pengamatan dari beberapa penulis yang menghalangi TAP surgery.9 hanya cocok untuk perut bawah, 11
3. Ada hubungan erat  syaraf bercabang luas dan segmental dari TAP. Dalam cabang tertentu bentuk T9-L1 apa yang disebut "pleksus TAP" yang berjalan dengan arteri iliaka sirkumfleksa. Hal ini sebagian dapat menjelaskan kemampuan injeksi tunggal untuk menutup beberapa tingkat segmental.
TEKNIK BLOK
 Teknik Scanning • Ultrasonografi yg memandu TAP blok, dianggap sebagai tingkat keterampilan blok DASAR. Hal ini relatif sederhana untuk mengidentifikasi lapisan fasia antara internal miring dan transversus abdominis otot. • Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang dan area perut yang terbuka antara batas kosta dan krista iliaka. • transduser A, frekuensi tinggi linier direkomendasikan untuk blok ini, karena struktur anatomi yang relevan relatif dangkal. • Setelah persiapan kulit dan transduser, transduser ditempatkan pada bidang (melintang) aksial, diatas krista iliaka, dan di garis aksila anterior.
Terminal cabang rami anterior T7 untuk L1 tidak dapat divisualisasikan tetapi TAP diharapkan untuk berada di antara otot abdominis internal miring dan melintang di atas puncak iliaka. • Mengidentifikasi tiga lapisan otot dinding perut: eksternal miring (paling dangkal), Miring dan internal melintang otot abdominis
(Gambar 2). Diantara tiga otot, lapisan otot miring internal biasanya yang paling menonjol.

Dalam aspek medial dinding perut bagian bawah, otot oblik eksternal memberikan cara untuk aponeurosis oblik eksternal dan karena itu mungkin muncul sebagai lapisan fasia daripada otot. • rongga peritoneum terletak pada lapisan otot transversus abdominis dan dapat diidentifikasi dengan loop gerak peristaltik usus.
Gambar 2. Anterolateral lapisan otot dinding perut.
• Jika ada kesulitan dalam membedakan tiga lapisan otot, akan sangat membantu untuk memulai scan di garis tengah atas otot rektus abdominis. otot rektus abdominis adalah lapisan otot hanya di garis tengah (Gambar 3).
Gambar 3. anteromedial lapisan otot dinding perut, di dekat garis tengah.
• rektus abdominis lancip otot lateral ke persimpangan yang mengarah ke lateral tiga lapisan otot dinding perut (Angka 3 & 4). TAP internal miring, transversus abdominis dan intervensi yang mudah diidentifikasi saat ini, dan dapat dilacak lateral ke area di atas krista iliaka dimana blok perlu dilakukan.
Gambar 4. Lapisan otot dinding perut anterior lateral rektus abdominis luar.
 • Hal ini umum untuk memvisualisasikan kapal kecil di TAP. Warna Doppler fungsi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi identitas pembuluh darah. Jarum Penyisipan
 • A 80-120 mm 22 G jarum pendek adalah dimasukkan ke dalam lapisan blok miring dengan transduser, dalam arah anterior-posterior (Gambar 5).
 • Pilih titik penyisipan beberapa jarak dari transduser memungkinkan melacak jarum dangkal dan dengan demikian meningkatkan ujung jarum dan visualisasi poros.
 • Atau, jarum tulang belakang atau jarum Tuohy dapat digunakan dan dihubungkan ke jarum suntik melalui tabung ekstensi pendek.
Gambar 5. Di-daerah/lapisan blok TAP.

 • Pada pasien dengan perut menggelembung, penghapusan manual dari dinding abdomen oleh asisten adalah manuver yang memungkinkan untuk penyisipan mudah jarum (Gbr. 6). Gambar 6. Manual retraksi dinding abdomen oleh asisten untuk memfasilitasi area blok TAP. • Adalah penting untuk deposit anestesi lokal ke dalam lapisan dalam dari fasia yang memisahkan miring dan internal otot transversus abdominis (lihat Anatomi). Akurat penempatan ujung jarum dapat difasilitasi oleh suntikan sejumlah kecil cairan (1-2 mL saline atau anestesi lokal) untuk "membedah hydro" lapisan yang sesuai.
• Injeksi ujung jarum lokal anestesi dengan benar posisi dan deposisi anestesi lokal ditandai dengan munculnya kantong kedalaman cairan di lapangan segera fasia hyperechoic hypoechoic bawah transversus abdominis miring dan internal di atas (Gambar 7).
Injeksi lokal anestesi
 Ujung jarum suntik posisi dan deposisi anestesi lokal ditandai dengan munculnya kantong kedalaman cairan di lapangan segera fasia hyperechoic hypoechoic bawah transversus abdominis miring dan internal di atas (Gambar 7).
Gambar 7. Di bidang injeksi anestesi lokal ke dalam lapisan TAP, antara otot transversus abdominis dan fasia lapisan otot miring di internal.
 • Jika ujung jarum bukan otot pada bidang yang tepat, pola distribusi fluida konsisten dengan cairan injeksi intramuskular akan terlihat sebagai gantinya.
 • Sejumlah 20-30 mL anestesi lokal (misalnya, 0,5 sampai dengan 0,75% ropivacaine) disuntikkan ke dalam area di setiap sisi. maksimum yang dianjurkan dosis anestesi lokal (3 mg / kg ropivacaine) tidak boleh terlewati.
• Selama injeksi anestesi lokal, disarankan untuk memindai perut cephalad dan caudad untuk menentukan tingkat penyebaran longitudinal. Medial dan lateral scan akan menentukan tingkat penyebaran horisontal.

Created by : Mantri Didi Supriadi
Supported by : Sederet .com

Minggu, 01 Mei 2011

" GBR" KLINIK BERSALIN BERNUANSA ETNIK


        Pada tanggal 22 Desember 2009 dilakukan soft opening Klinik bersalin "GRIYA BAGJA RAHAYU" (GBR). Di jl. Mantang, Lagoa, Koja, Jakarta Utara. Klinik bersalin sederhana dengan konsep bangunan etnik, yang tujuannya memberikan kesan berbeda dengan klinik bersalin lainnya. GBR memiliki motto " Kami siap memperlakukan anda dan keluarga, layaknya tamu Hotel". Konsep ini berangkat dari pemikiran melahirkan adalah proses yang terjadi pada setiap keluarga, yang membutuhkan sentuhan humanis dan perlakuan natural family. Intinya bagai mana klinik menciptakan suasana bersalin seolah menjalani weekend di tempat peristirahatan. Sehingga  pengalaman bersalin bagi ibu bukan sesuatu yang menakutkan tapi merupakan momen yang menyenangkan, GBR dalam memberikan pelayanan memfokuskan diri pada ciri khas, nuansa, gaya, dan pelayanan secara tradisi  asli Indonesia, Tercermin pada seragam batik bidannya, suasana tempat rawat, dan asesoris bangunan menyerupai cotage bali atau bangunan etnik sejenisnya.
        Klinik GBR sebagai salah satu tempat pilihan bagi pasangan yang membutuhkan pelayanan bersalin, pelayanan KIA, dan KB. Keluarga yang berkunjung ke klinik GBR akan mendapatkan pelayanan ramah dari bidan-bidan cantik, terlebih bagi pasien rawat kelas I ada pelayanan plus yaitu perawatan oleh mak paraji terlatih untuk memberikan luluran tradisional, massage tubuh post partum dan lain-lain sebagai citra etnik asli Indonesia. 

           Ditengah persaingan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan klinik GBR tentunya terus bertekad untuk meningkatkan kualitas petugas, sarana prasana, jumlah dan jenis pelayanannya.  Kami akan terus berkembang dan berinovasi menggabungkan antara medis dan naturalis, modern dan etnik, pengetahuan dan keyakinan. serta antara bisnis dan sosial.




 

Rabu, 27 April 2011

"MANTRI SUNAT ADALAH PEJABAT DI MATA RAKYAT"

       Menjadi MANTRI yang hidup di tengah masyarakat merupakan anugrah tersendiri, sebab secara sosial kemasyarakatan seorang mantri akan menjadi panutan, tokoh, dan figur di antara tokoh masyarakat lain, hal ini dikarenakan profesi mantri memiliki keahlian, tugas, dan fungsi dalam bidang kesehatan. Di masyarakat menegah ke bawah yang memiliki masalah dan yang membutuhkan pelayanan kesehatan, sangat terbantu dengan keberadaan  mantri di sekitarnya. Mengingat mantri lebih diterima dan lebih dekat dengan masyarakat ( dibanding dokter), alasannya dalam hal imbal jasa tarif mantri relatif lebih terjangkau, dan  lebih mudah mau dipanggil ke rumah pasien jika di minta pertolongan, hal itu menjadi kelebihan mantri, yang disukai oleh masyarakat.
      Pada musim liburan sekolah, itulah musim dimana seorang mantri kebanjiran order sunat / khitan, maka munculah istilah "MANTRI SUNAT". Pengalaman penulis dalam melakoni tugas panggilan sunat , baik yang datang ke klinik pribadi atau yang datang ke rumah sahibul bait, banyak pernak-pernik pengalaman yang ingin penulis bagi dengan sejawat mantri dan juga khalayak umum.  
         Perlakuan bak PEJABAT terhadap mantri sunat oleh masyarakat, sangat terasa nikmat di musim seperti ini, dari jauh hari orang tua anak sunat minta jadwal, lalu sambutan hangat mereka pada hari H, dan seperangkat oleh-oleh (kotak berekat, selipan amplop) sebagai balas jasa sunat, tak lupa petatah-petitih pak ustad penuh protokoler, yang memanjakan  mantri sunat. itulah titik balik penulis mulai senang dan menerima  menjadi seorang mantri.
        Lewat perenungan dan jalan yang panjang, penulis mendapat kesimpulan bahwa tidak perlu malu menjadi seorang mantri, memang ada sebagian besar masyarakat mengkonotasikan bahwa perawat adalah pembantu dokter, kadang diperhalus perawat adalah asisten dokter. Hingga saat ini anggapan seperti itu masih belum berubah, sekalipun secara organisasi profesi perawat terus berjuang merubah citra itu, PPNI menyatakan bahwa perawat adalah mitra dokter, profesi yang sejajar. Usaha perawat merubah pandangan masyarakat dengan terus meningkatkan jenjang pendidikan keperawatan, tidak merubah citra yang sudah ada di masyarakat, namun cukup berhasil merubah citra  secara internal kalangan profesi lain di bidang kesehatan.   
         Di tengah krisis identitas perawat secara umum, penulis mengambil sikap bahwa mengapa harus minder atau terganggu dengan kesan orang lain,   sementara penerimaan dan kebutuhan masyarakat akan perawat begitu besar. Fakta ini dibuktikan dengan penerimaan dan penghargaan masyarakat terhadap mantri sunat yang begitu tulus. Kondisi inilah yang memberikan penghidupan layak bagi mantri di luar gajinya sebagai pegawai. Mantri sunat bagi penulis dapat dilukiskan seperti pejabat  infolmal di tengah masyarakat. kedatangannya sangat ditunggu-tunggu, pelayanannya sangat di harapkan, terkadang penghormatan  masyarakat terhadap mantri sangat berlebihan. Hal itulah yang patut di syukuri dan dibanggakan menjadi seorang mantri sunat.


TEKNIK SUNAT YANG PATUT DIKETAHUI OLEH SEORANG MANTRI

Pertama : METODE KLASIK & DORSUMSISI

Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa kita temui di daerah pedalaman. Alat yang digunakan adalah sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan langsung dibungkus dengan kassa/verban sehingga metode ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan benar dan steril.

Metode Klasik kemudian disempurnakan dengan metode Dorsumsisi, Khitan metode ini sudah menggunakan peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini. Di Sunda dikenal dengan sebutan sopak lodong, umumnya bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko perdarahan.

Kelebihannya peralatan yang digunakan lebih murah dan sederhana, proses memakan waktu cukup singkat, sudah banyak dikenal masyarakat biaya relatif lebih murah serta bisa digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana pembuluh darahnya masih kecil. Kekurangannya risiko kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan dibawah klem koher, mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang, bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama, risiko perdarahan tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan. operasi.

Kedua : METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL

Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan oleh banyak tenaga dokter maupun mantra (perawat). Alat yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini. ( Baca : Cara Khitan Metode Standar).

Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis, menggunakan pembiusan local dan benang yang jadi daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada. Metode ini cocok untuk semua kelompok umur, biayanya cukup terjangkau serta pilihan utama untuk pasien dengan kelainan fimosis. Kekurangannya membutuhkan keahlian khusus dari pengkhitan dan proses waktunya antara 15-20 menit.

Ketiga : METODE LONCENG

Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng, akibatnya peredaran darahnya tersumbat yang mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan nantinya terlepas sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.

Keempat : METODE KLAMP

Metode Klamp .,ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan. Diantaranya adalah : Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp dan Smart Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.

Metode Cincin (Tara Clamp)

Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari plastik dan untuk sekali pakai. Di Indonesia Metode Cincin dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit. Kelebihan metoda ini adalah: – Mudah dan aman dalam penggunaan, tidak memerlukan penjahitan dan perban,tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien,perdarahan minimal bahkan bisa tidak berdarah,tidak sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan langsung pakai celana dalam dan celana panjang.

Metode Smart Clamp

Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001 di Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21. Untuk bayi, alat yang dipakai nomor 10, sedangkan orang dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci klamp, yakni nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan bebas dari penularan penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran 0-meter. Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai dengan spidol. Tabung smart klamp dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland penis. Lalu, klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap terkunci.

Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai rencana, juga agar posisi saluran kencing tidak terhalang tabung. Berikutnya, adalah mengunci klamp hingga terdengar bunyi “klik”. Sisi distal preputium dibuang menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga proses itu, sunat ala smart klamp selesai.Setelah lima hari, smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik yang sangat mudah.

Gomco : Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934 oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan Aaron Goldstein. Alat ini terdiri dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai. Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi memberikan tekanan.

smail Clamp : Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md Salleh. Alat ini sebenarnya hampir menyerupai alat klamp lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian dengan sistem sekrup, sehingga pemasangan dam pelepasan alat ini sangat mudah tanpa harus merusak alat ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak

Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem sekrupnya terkunci mati (irreversible locking system) sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum diproduksi secara massal dan masih merupakan prototype. Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat ini layak untuk digunakan secara luas.

Sunathrone Clamp : Sunathrone adalah metode sunat dengan kaedah terkini yang ditemukan oleh Dr Mohammad Tasron Surat, dokter kelahiran Malaysia. Keistimewaan Sunathrone ini adalah kerana praktis dan proses penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini akan tertanggal sendiri, serta tidak memerlukan perawatan khusus. Setelah khitan dapat langsung memakai celana dan beraktifitas tanpa rasa sakit.
Ali’s Clamp : Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja tabung klem-nya didesain miring dengan pertimbangan agar mengikuti kontur glans penis.

Metode Kelima : METODE “LASER” ELEKTROKAUTERY

Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan.

Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.



Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau yang menyengat seperti “sate” serta dapat menyebabkan luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN) sebagai sumber daya dimana jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko bagi pasien maupun operator.

Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara konvensional itu sifatnya relatif karena tergantung dari sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaanya dan kebersihan individu yang disunat.

Keenam : METODE FLASHCUTTER

Metode ini merupakan pengembangan dari metode elektrokautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter langsung dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah terdapat energi dari rechargeable battery buatan Matshusita Jepang.

Flashcutter pertamakali diluncurkan di Indonesaia tahun 2006 oleh Uniceff Corporation. Cara pemotongan pada khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah (digesek, diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan luka bakar sangat minimal).

Ketujuh : METODE LASER CO2

Istilah yang lebih tepat untuk “Khitan Laser” yang sesungguhnya adalah dengan metode ini. Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya, di Jakarta. Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat dengan laser tersebut:



Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem. Laser CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih.Setelah klem dilepas,kulit telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna. Dalam waktu 10-15 menit, sunat selesai.

Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal, kelebihannya operasi cepat, perdarahan tidak ada/ sangat sedikit, penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi minimal, aman dan hasil secara estetik lebih baik.. dan prosedur ini cocok untuk sunat yang dilakukan pada umur agak dewasa karena rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat cara operasi untuk orang sudah cukup berumur lebih parah daripada jika dilakukan pada usia muda dan lukanya pun agak lama sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah masalah harga yang relatif mahal dan hanya ada di Rumah Sakit besar.

Selasa, 19 April 2011

MANTRI sang malaikat atau sang penjahat ?

Kamis, 30/12/2010 11:01 WIB
Sang Mantri Misran yang Masih Menanti Wahyu
  Andi Saputra - detikNews                                                                                                                                                           
Sang Mantri Misran yang Masih Menanti Wahyu Jakarta - Hampir satu  tahun, kasus mantri desa, Misran, teronggok di Mahkamah Konstitusi (MK). Hingga kini, Misran terus berharap kasusnya tidak mengambang. Apalagi, dengan nasib mantri desa yang dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan, membuat para mantri lainnya menjadi was- was akan dipenjara juga.

"Saya sudah minta teman kalau ke Jakarta menanyakan kasus ini ke MK. Sudah sampai mana," ujar Misran dari ujung telepon saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

Kasus Misran bermula ketika hakim PN Tenggarong yang diketuai oleh Bahuri dengan hakim anggota Nugraheni Maenasti dan Agus Nardiansyah memutus hukuman 3 bulan penjara, denda Rp 2 juta subsider 1 bulan pada 19 November 2009. Hakim menjatuhkan hukuman berdasarkan UU 36/ 2009 tentang Kesehatan pasal 82 (1) huruf D jo Pasal 63 (1) UU No 32/1992 tentang Kesehatan yaitu Misran tak punya kewenangan memberikan pertolongan layaknya dokter.

Putusan ini lalu dikuatkan oleh PT Samarinda, beberapa bulan setelah itu. Akibat putusan ini, Misran sempat ditahan di Mapolres Kutai Kartanegara. Merasa dizalimi, 13 mantri pun memohon keadilan ke MK karena merasa dikriminalisasikan oleh UU Kesehatan.

Hingga saat ini, MK masih menindaklanjuti pengaduan para mantri itu. " MK masih terus mengkaji kasus ini. Masih dalam tahap Brain Storming," kata hakim konstitusi, Akil Mochtar.

Menurut sosiolog Imam Prasojo, kasus Misran bukanlah kasus pertama. Dia mengaku kasus seperti Misran sudah sering terjadi di Indonesia. Imam  memberikan contoh kasus Suster Apung atau guru di Purwakarta, Jawa Barat. Di Purwakarta, ada sebuah SD yang memiliki berbagai kekurangan sehingga tukang kebon yang hanya lulusan SD pun menjadi guru. Jika hanya dilihat dari kacamata UU,  jelas guru dadakan ini melanggar UU.

"Tapi kalau dia nggak mengajar, apa murid-murid SD bisa mendapat pendidikan? Meski secara aturan, hal tersebut melanggar Peraturan Menteri," ujar mantan anggota KPU ini.

Keprihatinan buruknya putusan pengadilan juga diutarakan oleh pakar hukum pidana, Andi Hamzah. Dalam wawancara singkatnya dengan detikcom beberapa waktu lalu, dia menilai seharusnya Misran tidak perlu dihukum.

Menurut Andi, yang dilakukan oleh mantri desa terpencil tersebut tidak menyalahi hukum pidana secara materil. Sebab, tidak ada orang yang berwenang memberikan pertolongan di daerah tersebut. "Kalau tidak ada dokter, siapa yang menolong?" ujarnya.

Dalam sidang di MK, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga meminta UU Kesehatan pasal 108 ayat 1 tentang pemberi obat kepada masyarakat untuk direvisi. IDI menilai, dengan ketentuan ketat yaitu hanya tenaga kefarmasian saja yang boleh memberikan obat dapat merugikan mayarakat.

"Pasal ini tidak bertentangan dengan konstitusi. Tapi penjelasan pasal tersebut harus direvisi karena untuk melindungi masyarakat dan melindungi secara hukum tenaga medis," kata Ketua Umum IDI, Prio Sidi Pratomo dalam sidang di MK.

Anehnya, Pemerintah malah ngotot jika UU ini telah sesuai seperti diucapkan dalam sidang tersebut. Tapi, pernyataan ini bertentangan dengan pernyataan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang menyatakan pemberian obat bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan jenis apa pun dalam kondisi tertentu.

"Memang dikatakan bahwa dispensing obat itu adalah (tugasnya) tenaga farmasi. Akan tetapi, di tempat di mana tidak ada tenaga farmasi, dapat dilakukan tenaga kesehatan lainnya," ujar Endang kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden Boediono, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, selasa (25/5/2010).

Menkes memang tidak secara tegas membenarkan perbuatan Misran. Namun, tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas di pedalaman kadang-kadang harus bertindak cepat untuk keselamatan nyawa pasien mereka.

"Mereka para perawat, dokter, yang ada di ujung-ujung itu kadang-kadang harus melakukan itu, karena pasien datang untuk minta tolong. Jadi kalau itu sifatnya untuk menolong dan tidak ada tenaga lain tentu saja harusnya itu diperbolehkan," katanya.

Lantas, bagaimanakah kisah akhir Misran dan nasib ribuan perawat lainnya? Kita tunggu saja.

(asy/asy)

Selasa, 12 April 2011

SAATNYA TEBAR PESONA

Sudah lama saya mendambakan dapat menghempaskan diri di dunia maya, sekaranglah waktunya..... mari berselancar dengan internet lewat Blogger..!!!, nama saya tidak penting yang penting adalah profesi saya,  orangnya baik hati tapi emang sedikit sombong, suka menolong namun tidak bisa menabung, tidak tampan tapi mempesona itulah adanya diri saya, tahukah anda apa yang ingin saya informasikan ..? segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia "KEMANTRIAN" 
karena memang "  sayalah shang mantri kesehatan"